Powered By Blogger

Rabu, 29 Juli 2009

ramalan dahsyat dan banyak terbukti

Gambaran Terang dari Persia dan Hermes

Erabaru News Kamis,30 juli2009

orang-suci

Orang suci dari Persia, Zarathustra dan Dewa Hermes dari Yunani meramalkan akan datangnya masa penentuan bagi umat manusia. Sebelumnya akan terjadi malapetaka, pertarungan kebaikan dan kejahatan.

Para nabi bangsa Maya dan Indian Amerika Utara pernah mengatakan bahwa sejarah masa kini adalah sebuah masa pemutihan. Orang Maya pun meramal tempo pemutihan akan berlangsung selama kurang lebih 20 tahun (1992-2012), setelah itu akan memasuki sebuah era baru. Ini secara kebetulan sama dengan ramalan Nostradamus tentang adanya 20 tahunnya "Moon's Reign" sebelum sebuah era baru dimulai. Namun di beberapa ramalan bangsa lain, dari proses kebobrokan alam semesta itu sampai pemutihan (pertarungan yang baik dan jahat) dan reproduksi sebuah era baru, dilukiskan lebih menarik dan beraneka ragam. Mereka mengisahkan semua itu dengan bentuk "mitos", agak mirip dengan firman Tuhan dalam Alkitab. Berikut ini adalah beberapa ramalan pilihan bangsa lain.

Pertarungan Kejahatan dan Kebaikan

Nabi dari Persia kuno Zarathustra (orang Yunani menyebutnya Zoroaster) adalah seorang ahli nujum zaman kuno dari 3000 tahun SM (versi lain mengatakan 500 tahun SM). Ia berhasil meramalkan sebuah adu kekuatan antara baik dan jahat. Dikatakannya: Dia telah menerima takdir kearifan dan cahaya dari dewa penguasa dan akan menyebarluaskan keadilan ke dunia. Dan karena alam semesta ini ada sebuah kekuatan jahat yang sedang berkonfrontasi dengan terang, maka jagat raya ini terperangkap dalam perang antara yang jahat dan baik, dan dunia pun tumbuh berkembang di dalamnya, untuk itu semua orang berhak untuk memilih jalan baik dan jahat. Akan tetapi, pada akhirnya pasukan iblis akan kalah tercerai berai, dan kekuatan terang akan datang ke dunia.


Mereka mengategorikan proses perkembangan dunia dalam hitungan 3.000 tahun sebagai satuan dan dibagi menjadi empat tahap. Pada tiga ribu tahun pertama terciptalah dunia materi ini; setelah tiga ribu tahun kedua berakhir, dewa jahat yang bernama Aliman hendak memusnahkan dunia ini. Aliman telah berhasil pada masa tiga ribu tahun ketiga, tetapi ia melangkah masuk ke jalan binasa yang didalanginya sendiri. Di awal tiga ribu tahun keempat, akan hidup kembali Zarathustra dan akan ada sebuah kepercayaan baru yang datang ke dunia ini. Dalam pada itu, manusia harus mengalami suatu ujian akhir, membuang karakter amoralnya, dan mengemban tugas sebagai perintis serta pemandu pada suatu dunia yang baru.


Dalam ramalan Zarathustra, sifat manusia adalah terang dan bermoral, namun sang dewa jahat Aliman justru hendak membinasakannya, karena itulah timbul dunia baik dan jahat yang memberi alternatif kepada manusia untuk memilih antara yang terang dan gelap. Sebab setelah tubuhnya mati, rohnya akan pergi mengarungi sebuah jembatan dan naik ke surga bagi yang terang namun turun ke neraka untuk yang gelap. Jadi dalam pertarungan itu, roh yang telah disucikan itu dapat berbaur menjadi satu di dalam dunia yang baru.

Golongan agama Zarathustra ini berdiri berdasarkan apa yang diajarkan sebelumnya, sekaligus merupakan agama yang menduduki posisi kekuasaan dinasti Persia itu sendiri (tahun 559-651 SM). Kitab utamanya ialah "Avesta." namun masih ada yang lain. Zandi Vohuman Yasht terjemahan E.W. West misalnya, yang diterbitkan oleh badan penerbit Oxford University jilid ke-5 tahun 1897. Dari isinya kita dapat menemukan sedikit gambaran tentang saat ini (tahun 2000), diperuntukkan kita semua.


"Semua orang menjunjung tinggi ketamakan dan yakin pada kepercayaan yang keliru. Tubuh mereka berubah menjadi tambun namun jiwanya kelaparan."

"Awan mendung dan katak membuat angkasa menjadi hitam".

"Tiupan angin panas dan dingin silih berganti, merontokkan semua buah-buahan dan pepadian".

"Bahkan hujan tidak turun pada waktunya".


Arti pada kalimat pertama lebih jelas, dikatakan hasrat materi masyarakat tumpang tindih, kehidupan materi berkembang pesat, namun batinnya mengalami kekosongan, manusia kurang mendapat arahan positif pada umumnya. Beberapa kalimat berikutnya menggunakan perumpamaan, "awan mendung" artinya kekuasaan jahat, "katak" adalah binatang yang ada hidup di lingkungan air, dari satu kalimat pun dapat dibeberkan nama biang keladi kejahatan itu. "Menggelapkan seluruh langit", ditujukan pada kekuasaan jahat yang mengelabui dunia. Dan itu juga berarti polusi lingkungan dan udara; seumpamanya badai pasir di beberapa daerah yang semakin hari kian sering terjadi di China; dan masih ada "angin panas dan dingin" serta "hujan tidak turun pada tempatnya", dan lain-lain, itu semua adalah gambaran terhadap bencana alam.


"Apa yang akan terjadi bila kondisi sudah jadi begini?" "Hukum positif itu begitu berharga, mulia dan langka." Suatu saat, Zarathustra bertanya pada Ohrmazd (Tuhan, pemilik kearifan): "Masih berapa lamakah saat reproduksi frashegird (keadaan di masa depan) akan tiba?" Ohrmazd menjawab, "3.000 tahun." (Pahlavi Rivayat, Bab 25 terjemahan A.V. William pada tahun 1990). Kata frashegird (terjemahan langsung adalah "ciptaan yang cemerlang") adalah menunjukkan pembaharuan alam semesta atau pengadilan terakhir. Menurut perhitungan "3.000 tahun", maka saatnya adalah sekarang ini. Berdasarkan doktrin mereka, pertarungan antara yang jahat dan baik di jagat raya ini akan berakhir dengan binasanya kejahatan.


Dalam buku Avesta, ada satu paragraf dari Bab 48 Pahlavi Rivayat, terjemahan A.V. William tahun 1990, yang menggambarkan secara garis besar bahwa, kebenaran akan menyudahi semua kejahatan. Berikut ini ialah sedikit kutipan dari terjemahan itu:


"85. Orang-orang yang beragama akan angkat bicara tentang semacam "ritus/ritual," dan lewat ritual inilah maka iblis jahat itu tidak akan bisa bertahan."

"87. Iblis jahat itu akan jatuh ke neraka, sama seperti jatuhnya batu".

"88. Ketika jatuh atau terpukul jatuh ke air, maka dengan cepat sekali akan tenggelam ke dasarnya".

"89. Ketika hukuman jatuh di atas kepala para penjahat, orang yang beragama akan melakukan satu kali "pemujaan", maka seperlima iblis lainnya akan dibinasakan; pada pemujaan yang kedua kali, seperlima iblis lagi akan dibinasakan; demikian dengan ketiga dan keempat kalinya akan mengalami hal yang sama, tapi pada giliran pemujaan kelima kalinya, semua iblis yang ada akan terbinasakan."

"95. Pemilik kearifan bakal mengusir iblis jahat serta mereka yang baru saja menyerbu masuk dan membawa serta kejahatan dan awan hitam yang penuh kebencian itu dari langit. Ia akan berantas habis mereka dari lubang tempat iblis itu masuk."

"96. Ada seorang berkata: 'Pemilik kekal abadi itu akan menghancurkan bentuk luarnya dan membuatnya tak berdaya. Iblis jahat itu tak akan ada dan tak akan diciptakan lagi.'"

"98. Saat itu, kejahatan akan dihukum dan kebajikan akan terbalas."


Karena mengisahkan peristiwa yang sedang dan akan terjadi dengan cara setengah fakta dan setengah perumpamaan, bagi orang awam mungkin tidak gampang untuk mencerna apa yang dimaksud secara konkret, namun "iblis" yang akan diberantas adalah fakta. Perhatikan kalimat "bagi mereka yang beragama akan melakukan semacam 'ritual'", dan orang yang beragama akan melakukan satu kali "pemujaan". "Ritual" dan "pemujaan" itu bermaksud sama, yaitu semacam "ritual" yang mirip sekali dengan "pemujaan", dan "ritual" ini akan membuat "kejahatan-kejahatan tidak dapat bertahan". Selain itu harus melalui "lima kali ritual" yang demikian rupa,"maka semua iblis (baru bisa) akan termusnahkan". "Lima kali" berarti beberapa kali, jelaslah bahwa betapa sulitnya pertarungan kebajikan melawan kejahatan.

hermes

Bumi Kembali ke Bentuk Asal

Teori Hermes dalam kebudayaan Barat pada tahap-tahap awal menduduki sebuah posisi penting. Hermes adalah sebuah dewa yang berasal dari mitologi Yunani, disebut-sebut juga sebagai utusan Tuhan. Namun dalam catatan sejarah ia adalah seorang ahli-nujum, yang bernama Hermes Trismegistus. Tulisan mengenai teori Hermes dalam bahasa Latin dan Yunani tercatat dalam Hermetica.


Flinders Petrice ahli ilmu purbakala sekaligus arkeolog dari Mesir berpendapat bahwa Hermetica itu berasal dari tahun 500-200 SM, terjemahan dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Mesir kuno. Namun naskah aslinya sudah tidak bisa diketahui keberadaannya lagi, menurut dugaan, ada kemungkinan sudah dilalap api peperangan. Meskipun tidak dapat ditelusuri lagi jejak sejarahnya, mengapa orang menganggap bahwa Hermetica itu berasal dari Mesir? Sebab apa yang dikisahkan dan perumpamaan yang digunakan dalam buku tersebut terjadi di Mesir, bahkan lebih awal dari Mesir, banyak gambaran kehidupan yang diambil dari daerah aliran sungai Nil. Oleh karena itu, walau Hermatica dianggap sebagai naskah Yunani, namun teorinya berasal dari Mesir.


Scott Walter seorang ahli sejarah pada tahun 1924 menerjemahkan dan menerbitkan ke dalam bahasa Inggris, menghilangkan sebagian besar isi mengenai alkimia yang gaib, karena dianggap tidak berarti. Justru isi semua inilah yang dapat membantu kita untuk memahami secara global asal dan realisasi dari ideologi Hermes itu sendiri. Buku ini dicetak ulang pada tahun 1994 oleh badan penerbit Shambhala. Banyak cendekiawan menganggap bahwa uraian Hermes itu jauh lebih awal dari teknokrat dan orang bijak dari Hiborai, termasuk Yesus dan Mossi. Ada juga yang beranggapan bahwa doktrinnya itu adalah sumber ideologi Braldo dan Pitagoras di kemudian hari. Namun walau apa yang akan terjadi bahwa uraian Hermes adalah salah satu sistem pemahaman jiwa dan ideologi dari peradaban umat manusia kali ini yang tercatat paling dini dan berhubungan dengan alam semesta.


Teori Hermes mempunyai konsep yang sangat dalam serta sempurna bagi pemahaman jagat raya, jiwa yang kekal abadi, waktu, dewa serta manusia. Berikut ini hanyalah beberapa konsep saja yang diangkat untuk dipelajari bersama:


"Tak ada yang bukan keinginan Tuhan, bersamaan dengan itu Ia memiliki segala-galanya. Keinginan-Nya itu sangatlah indah dan mulia."

"Apa yang diinginkan pun sudah dimiliki, Dia pun hanya mendambakan apa yang telah dimilikinya."

"Itulah Tuhan, alam semesta itu adalah gambaran-Nya, Tuhan itu baik hati, demikian juga dengan alam semesta."

Dalam pada itu Hermes berpendapat bahwa Tuhan adalah pencipta segala hayati. Begitu timbul dan adanya kehidupan, maka harus sesuai dengan hukum alam semesta yang tidak berubah (Eternal Law atau disebut God Law). "Proses waktu pun ditetapkan oleh hukum Tuhan (God Law)". "(Waktu) sesuai dengan prosedur yang sudah diatur, memperbaharui segala sesuatu yang ada di alam semesta". "Baik di atas langit maupun di bumi, semuanya berada dalam proses yang sama."

"Kekal itu tidak dibatasi oleh waktu, justru waktulah yang berada dalam macam-macam kukungan, terus bersirkulasi ke belakang."


Hermes menganggap ideologi manusia itu bebal, namun kearifan Tuhan itu suci dan lestari. Dari kutipan di bawah ini, kita dapat melihat sikap yang diambil sang peramal setelah segala sesuatu yang dilihatnya. Dia mengetahui dengan jelas kebesaran Tuhan dan alam semesta serta kemampuan dirinya sendiri yang terbatas. Dengan demikian rasa salut dan syukur terhadap Tuhanlah yang akan memenuhi batinnya. "Panorama kayangan yang dapat kita lihat adalah seperti pandangan menembus kabut tebal dan gelap gulita, hanyalah kondisi yang sesuai dengan pemikiran manusia saja. Kemampuan kita dalam melihat banyak peristiwa selama ini terbatas dan sempit adanya, tapi untunglah karena kita masih dapat melihatnya." "Alam manusia begitu rendah, dan apa yang kita hadapi adalah juga amat terbatas."


Dari sini mudah diketahui bahwa Hermes bukanlah seorang filosuf penyitir karya-karya klasik dan pemeras otak. Ditambah lagi banyak isi alkimia yang terkandung dalam naskah Hermetica versi Yunani-nya, menerangkan bahwa uraiannya itu bersumber dari pengalaman nyata dan pengertian nalar yang berubah. Termasuk kutipan berikut ini terhadap uraiannya mengenai ramalan masa depan, juga berasal dari pandangan jauh (vision) mereka itu sendiri, di samping juga berasal dari hubungan sebab-musabab serta doktrin yang berasal dari satu aliran yang sama.


Dalam ramalannya disampaikan sebuah informasi yang jelas: yakni agar manusia mengalihkan perhatiannya kepada Tuhan, suatu waktu di masa mendatang alam semesta akan hilang keseimbangannya, kehidupan manusia akan tidak stabil, akibatnya umat manusia akan mengalami berbagai petaka, seperti kehancuran dunia, peperangan, wabah, penyakit mematikan, bencana alam, kekeringan serta berbagai macam bencana lainnya.


"Kepercayaan beragama tidak akan tersisa, dan hanya sekadar cerita fiksi saja. Anak-anak pun tidak akan percaya terhadap agama, yang tersisa hanyalah ketakwaan yang terukir di atas batu. Kala itu manusia akan bosan terhadap kehidupan spiritual, mereka tidak akan percaya lagi hal dan benda atau orang yang patut dihormati atau dipuja di dunia ini. Manusia akan beranggapan bahwa agama itu adalah beban mereka, maka itu mereka akan menghina agama. Mereka tidak akan antusias lagi terhadap dunia dan karya besar Tuhan yang tak tertara itu, dan akan terlupakan eksistensi Tuhan Yang Mahaesa. Semua agama yang ada akan musnah setelah adanya air bah besar, kelaparan, wabah, penyakit baru, peperangan dan berbagai macam bencana. Saat itulah, hati manusia baru akan berpaling kepada Tuhan."


Gelap berada di atas terang, lebih baik mati daripada hidup, tak seorang pun akan menengadah ke langit dan berpaling kepada Tuhan. Bagi yang takwa dianggap terganggu jiwanya, yang tidak menghormati Tuhan dianggap pintar, orang gila dipandang sebagai kesatria dan si jahat dianggapnya orang baik. Ada pun pembicaraan bahwa roh itu tidak bisa mati dan seharusnya kekal abadi, maka mereka akan menertawakannya, dan menganggap palsu adanya. Tidak seorang pun percaya atau menghormati serta takwa pada Tuhan. Bumi pun tidak akan stabil; tidak ada kapal berlayar disamudera; langit pun tidak akan menopang bintang; planet pun tidak akan tertata oleh orbit yang ada; buah-buahan di bumi akan membusuk; tanah pun tandus dan kering; udara akan berhenti sirkulasi. Setelah bencana usai, dunia akan menjadi tua. Tak ada agama, segala sesuatu tak berperaturan, sesuatu yang baik akan lenyap. Jadilah masa yang kacau balau, nilai-nilai moral akan berangsur pudar, pikiran manusia akan penuh dengan dosa, untuk itu gelap akan menyelimuti roh kita, oleh karena itu manusia tidak akan menyadari kesalahannya.


Akan tumbuh suatu masyarakat yang bobrok, manusianya akan mengalami kekacauan jiwa. Alam pikiran mereka tidak lagi dilandasi dengan kasih sayang tapi dipenuhi dengan egoisme. Manusia akan mengejar kehidupan materialis secara membabi buta, cara pengejaran semacam ini akan membuat mereka keluar dari dunia nurani. Sebuah dinasti gelap akan muncul. Orang akan dikuasai oleh politikus jahat, egois dan korup, mereka pun hanya tertarik pada uang dan kekuasaan. Secara otomatis akan hilang keseimbangan. Malapetaka pun akan datang menghampiri, sebab manusia akan menanggung sendiri akibatnya itu."


"Ketika semua ini datang menghampiri, seorang guru, ayah, Tuhan, pencipta yang mahatinggi akan datang untuk memperbaiki semua ini. Dia akan menarik kembali orang-orang dari jalan sesatnya. Banjir, kebakaran, peperangan dan wabah akan bermunculan, akhirnya memberantas habis kejahatan. Dengan demikian, seluruh bumi ini akan kembali ke bentuk asalnya, jagat raya ini akan menjadi sebuah tempat yang layak dihormati dan dipuja. Setiap saat manusia akan mencintai, memuji dan mengagung-agungkan Tuhan. Sebuah alam semesta baru telah lahir; segala sesuatu akan dibangun kembali, berubah menjadi indah dan suci. Inilah kehendak-Nya. Karena aspirasi-Nya tak berakhir sampai di situ, dan selamanya begini. Tuhan akan membangun kembali jalan spiritual yang positif pada era ini, karena kehendak-Nya sendiri."

(Sumber: Zhengjian.net)*

Tidak ada komentar: